Sabtu, 27 Agustus 2011

WAKTU



Sudah subuh?, mana malam?
Berganti seenak jidatnya.
Bulan pun hendak diusir.
Matahari pun harus patuh.
               
Tak ada gerimis, hilang harapan hujan
            Siklus semaunya
Yang hijau berubah menjadi kuning
Petani pun patuh padanya

Seminggu sekali, sekali setahun
Yang percaya menyerukan harinya
Hanya sekali.
Bahkan Tuhan pun patuh.



Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari
Jumad, 28 Agustus 2011
04.04 WIB

Jumat, 10 Juni 2011

Manusia adalah Manusia

Saya bingung dengan apa yang saya resapi. Tak mengalir, tak meresap. Semua hilang bagaikan ditelan angin, dan dikunyah anjing. Apa yang saya dapat berbeda dengan apa yang saya hendaki. Begitu ribut tetapi tenang, semua datang seperti peluru menembaki saya yang masih terlalu belia. Seperti sebuah kekagetan. Saya, hidup saya dan hidup mereka seperti terombang-ambing. Saya bagaikan kapten yang dipilih atas dasar ketiadaan kapten. Siap?
Hidupkah anda?atau hanya tetap mati? Lepaskan anda?atau hanya mendengkur di dalam sangkar? Bahkan hidup pun hanya bagaikan numpang minum. Bukan itu eksistensi manusia. Siap tak siap pun, manusia tak pernah siap, kalau manusia siap, apa yang harus disiapinya? Sebuah janji yang akan diwujudkannya? Ataukah hanya untuk melawan rasa kekhawatiran orang? Manusia tahu dia manusia, masalahnya, apakah manusia itu betul manusia? Seorang manusia bukanlah  Tuhan, kaena Tuhan tahu apa yang akan menanti di depannya.  Manusia takan tahu apa yang ada di depannya. Manusia yang siap hanyalah manusia yang tahu bahwa 5 menit lagi dia akan bertemu dengan Sang Ilahi.
            Jadilah manusia yang siap dalam ketidaksiapan. Perkirakan semua hal, bukan hanya yang menguntungkan manusia, tetapi sampai pada keadaan terburuk sekalipun. Ingat, manusia adalah manusia.

Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari
Jumad, 11 Juni 2011
17.58

Senin, 09 Mei 2011

PINOKIO GIGI

Dia ada ketika aku tak ada siapa siapa
Dia menggandengku ketika aku berjalan dalam gelap
Dia menjadi selimut ketika aku terjaga dalam binaran sinar bulan
Dia menjadi lentera di hidupku
Dia mendekapku saat aku di sudutkan
Dia memarahiku saat aku bodoh dalam bertindak
Dia seakan menjadi lonceng ketika pagi menjelang
Dia menjadi dokter dikala aku terkulai tak berdaya
Dia yang selalu berusaha membuat aku tersenyum
Dia..Dia..Dia..Dialah orang yang kusayangi, yang telah menjadi bagian nafasku..

Dialah Pinokio... :)

Dian Kusumo Hapsari dan Maryo Anugerah Sarong

Kamis, 31 Maret 2011

TUHAN


siapa dia? siapa mereka? siapa itu? siapa ini? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? siapa? Ingatanku sepertinya melayang, termakan anjing-anjing jalan. digigit, dikunyah, ditelan.. tubuhku tergelatak di atas tikar tua itu. jiwaku? mungkin melayang mencari ingatanku... kulihat bayanganku... tersenyumkah dia? Menangiskah dia? Semuanya hitam, semuanya gelap. Kubalikkan badanku dengan terpaksa. Aku ingin menerawang semuanya. Aku ingin melihat semuanya. Kurasakan badanku basah, entah keringat atau apakah itu aku tak peduli. Aku hanya ingin bisa melihat di tengah kegelapan ini. aku dikagetkan dengan lampu yang tiba-tiba dihadapkan di mukaku. Penglihatanku masih kabur. Aku dikagetkan lagi dengan suara manusia. Dari suara mereka, aku tahu kalau mereka sudah tak muda lagi. Aku tak yakin jumlah mereka berapa, tapi aku tak peduli itu. mereka datang untuk menolongku, aku tahu itu. aku sudah tak bisa bangun lagi. Aku bahkan sudah tak bisa menjelaskan lagi kenapa aku bisa tertidur di tikar ini. aku sudah tak kuat. Aku ingin berteriak. Manusia itu mendekatiku… tiba-tiba mereka menangkat kepalaku. Aku kaget melihat mereka membawa sebilah psiau kehadapanku. Mendekatkan pisau itu kea rah lampu yang menyilaukan mataku. Aku tahu pisau itu baru selesai diasah. Ketika itu juga aku mendengar mereka menyebut nama Tuhan. Aku tak tahu kenapa mereka menyebut Tuhan? Apakah aku salah? Apakah Tuhan yang menyuruh mereka? Kalau iya, apakah mereka yakin itu Tuhan? Kalau yakin, seberapa yakinkah mereka? Kalau besar, bisakah mereka memanggil Tuhannya untuk membunuhku langsung. Tuhan mereka adalah seorang pengecut yang menyuruh orang lain untuk membunuh. Tuhan yang mampu membodohi, memprovokasi, mengadu dombakan mereka. Gigiku gemetar.. aku tak takut pada kematian, tapi aku takut pada kehidupan akan Tuhan yang salah.  Pisau itu semakin menunjukkan kekuasaannya. Semuanya menjadi gelap lagi ketika kurasakan besi pisau itu menyentuh kulitku….


AKU GELAP OLEH ORANG-ORANG YANG IMANNYA GELAP!!!

Jumat, 01 April 2011
01.28 WIB

Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari

Selasa, 01 Maret 2011

tak berakhir, abadi


Siapa dia?
Tak takut maut dia?
Dia hanya tulang
Dia hanya daging

Maju layak berani
Menabrak angin
Ditindih hujan
Tak sempat berpikir mati

Dia bukan karang
tidak juga pohon
apalagi Tuhan
tapi dia berTuhan

angka kehidupan bertambah
menghitung perjuangannya
wajahmu tak sepadat dulu
tak berakhir,  abadi

NB: ketika wajahmu tak sepadat dulu!!!! kupersembahkan untuk ayahku yang merayakan hari jadinya. Walaupun tak bisa menggantikan perjuanganmu, tapi ini semoga bisa mengiringi perjalanan perjuanganmu.  Dunia akan terus bersamamu,  tak berakhir, abadi….

Rabu, 02 Maret 2011
09.39 WIB

Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari


Kamis, 24 Februari 2011

Kelucuan Cintaku

"Hey, dasar cuek. kemana aja sih kamu? "
itulah yang selalu kuucapkan jika tak ada kabar darinya.
haha, lucu bila aku melihat dan memikirkan sikapku padanya.
"dasar sensian, hehe." jawabnya.
aku, aku yang selalu memintaanya selalu menyapaku, menegurku, memberikan kabar untukku dan sebagainya.
mungkin dia sudah merasa kesal melihat aku yang selalu menggigitnya jika dia berkata salah. tetapi bukan berarti menyakitinya, itu bagiku sebuah ungkapan kasih sayang dariku yang agak aneh.
hahaha.

"LOVE IS BLIND"
aku setuju dengan kata di atas kalau cinta memang buta. tetapi bukan berarti, semua tindakan negatif juga termasuk dalam alasan Love is bilind baby. 

Terkadang cinta bisa membuat orang tertawa sendiri, senyum senyum tanpa sebab dan cinta juga terkadang dapat membuat kita menangis. memang aneh sebuah kisah percintaan. sampai sekarangpun aku tak tahu cinta itu apa? aku hanya tau dari curhatan teman temanku yang mendeskripsikan kalau jatuh cinta itu mengerikan. karena mereka curhat atas dasar baru putus dengan kekasihnya, sehingga mereka berkata cinta itu jahat. 

cinta bukan sesuatu yang harus muluk muluk dijalani, cinta bukan sesuatu yang perlu ditakkutkan. cinta hanya butuh sebuah pengertian, bukan pengekangan. pengekangan hanya membawa kepergian. 
dan aku masih berusaha mengerti dirinya dan belajar menjadi seseorang yang lebih memahami kemauannya.

I LOVE YOU KAKANDA, hehe :) 
Kau Cahaya Bulan penerang malam hati

Dian Kusumo Hapsari dan Maryo Anugerah Sarong

Kasih Tanpa Raga


Tak adanya raga, bukan berarti aku tak medapat kasih sayang darinya.
Kasih itu masih kurasakan sampai saat ini. walau tak ada raganya.

Kasih yang selalu menemaniku berjalan berdampingan sampai aku dewasa.
Kasih yang tak pernah putus ia berikan, walau sekarang raganya tak tampak lagi.
Ya, ayah... ayah adalah seseorang yang membuatku kagum akan sikapnya.
Walau hanya empat tahun bersamamu, aku takkan pernah lupa akan kasihmu.
Aku takkan pernah lupa akan tarian hujan yang pernah dia ajarkan.
Ayah mengajarkan begitu banyak hal tentang kehidupan.
Mungkin aku salah satu anak yang kurang beruntung, untuk berdampingan bersama ayah dengan waktu yang agak lama.
Namun, bukan suatu penyesalan untukku. Karena semua adalah jalan terbaik.
Aku tahu, ayah lebih bahagia disana, karena Tuhan dekat dengannya.
Dan aku menulis sebuah surat kepada tuhan,

“ Atas nama Bapa dan Putera dan Roh kudus “
Selamat malam Tuhan, aku hambamu kembali menemuimu malam ini.
Aku mengucapkan syukur kepadaMu karena hari ini aku masih bisa mengirimkan surat ini kepadaMU.
Tuhan, terima kasih atas apa yang telah Kau berikan kepadaku sampai saat ini.
Dan juga sekarang ayahku sudah berada dalam kerajaanMu yang begitu megah.
Tuhan, aku tahu kalau Tuhan menjaga ayah dan memberikan tempat yang layak.
Aku hanya ingin Tuhan menyampaikan pesanku kepada ayah.
sampaikan kalau aku sangat menyayanginya, sebuah kata yang belum sempat kuucapkan terdahulu.
Dan sampaikan kalau aku rindu kepadanya,
aku rindu saat dia mengajariku bermain sepeda, bercanda, tertawa dan menari dibawah rintik hujan.
Tetapi, walau hal itu takkan kurasakan lagi, aku tetap akan menyayangi ayah. karena kasihnya selalu berjalan bersamaku.
aku berjanji untuk tidak akan nakal lagi, karena aku ingin membuat ayah tersenyum diatas sana.
Dan aku akan terus menari di bawah rintik hujan, karena dengan menari dirintik hujan, aku merasa raga ayah hadir bersama jatuhnya bulir bulir air hujan yang turun.
Terima kasih Tuhan, jangan lupa sampaikan kata I LOVE YOU ayah, kepada ayahku tercinta R. Soeboko.
Selamat malam Tuhan dan Ayah.
“Atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amien”



Dian Kusumo Hapsari dan Maryo Anugerah Sarong.

Kamis, 17 Februari 2011

Ketakutan Larut dalam Tarian Hujan!

Malam ini langit menangis, air yang turun dari langit berbarengan dengan air mata ketakutanku. Yang turun membasahi pilipisku sedikit demi sedikit. Aku berlari keluar dan berdiri merunduk di tengah turunnya hujan malam ini. aku mengenakan sehelai gaun putih yang kau berikan saat ulang tahunku. Aku terdiam, meluapkan semua ketakutanku yang jatuh bersama tetsan air hujan malam ini. hanya hujan yang mampu menghiburku. Perlahan aku mendongakkan kepalaku menatap langit, dan tubuhku mulai menari bersama air hujan. Kulekukan tubuhku secara bebas, menari di tengah turunnya hujan. Kurentangkan tanganku mengikuti gerak tubuhku berputar. Aku punya cara sendiri menghilangkan kesedihanku, kekesalanku, kegundahan hatiku dan ketakutan waktu dan hilangnya. 

Ya, hujan, hujanlah yang mampu mengajakku menari. Rintikan air hujan menjadi musik yang indah, deburan angin membuat gaunku berayun kekanan dan kekiri. Aku mulai berusaha melupakan ketakutan akan kehilangan dirimu, aku terus menari menari diderasnya hujan yang turun. Tarian itu menunjukan rasa ketakutanku, langit seakan menertawakanku, menertawakan seorang gadis yang mencintai seorang pasanganya namun masih merasa takut kehilangan. Huh (aku menghela nafas), ini benar benar lelucon percintaan. Aku bodoh memang, aku lupa akan kata kata yang menyatakan bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, kata mereka orang yang sudah menikah saja bisa cerai apalagi belum menikah?. Aku teringat dengan kata kata itu, tetapi hatiku berucap. “Aku bukan mereka! mereka ya mereka yang menjalani hidup terlalu pasrah, sedangkan aku ya aku yang selalu mencoba mempertahankan apa yang seharusnya aku pertahankan. mereka boleh berucap, tetapi aku mempunyai ucapanku sendiri.” Dari situ ketakutan itu muncul, karna takut aku tak mampu mempertahankannya. Malam ini hanya hujan yang tahu apa yang kurasa. Biarkan hanya Hujan yang tahu, ketakutan akan hilangnya waktu. Aku mulai menghentakkan kakiku, apakah kau bisa dengar gemericik percikan hentakan air yang membasahi mata kakiku?. Semua itu menjadi musik penghiburku dan musik tarian hujan malam ini. aku berharap suatu saat dirinya bisa menjadi seperti hujan, yang mampu mengajakku menari bersama. Inilah aku yang mencintaimu, inilah diriku disaat aku gelisah, inilah aku yang mengajakmu kembali menari bersamaku dan hujan yang turun. 

Dian Kusumo Hapsari dan Maryo Anugerah Sarong

Jumat, 11 Februari 2011

Kesetian


Bulan malam ini terlalu mesra
Setia temani manusia
Lentera mungil pembunuh gulita
Dikala si hitam berkuasa

Mampukah kau seperti Bulan?
matahari sudah ditelan
muncul kapan?
Tertekan?

Setia buta!
Kesenangan semata!
Cinta tiada!
Harta nampak seketika!

Manusia hinaan
Hilang kau bersama angan
Kembali pun jangan
Mati? Silahkan!

Sabtu, 12 February 2011
01.46 WIB

Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari