Malam ini langit menangis, air yang turun dari langit berbarengan dengan air mata ketakutanku. Yang turun membasahi pilipisku sedikit demi sedikit. Aku berlari keluar dan berdiri merunduk di tengah turunnya hujan malam ini. aku mengenakan sehelai gaun putih yang kau berikan saat ulang tahunku. Aku terdiam, meluapkan semua ketakutanku yang jatuh bersama tetsan air hujan malam ini. hanya hujan yang mampu menghiburku. Perlahan aku mendongakkan kepalaku menatap langit, dan tubuhku mulai menari bersama air hujan. Kulekukan tubuhku secara bebas, menari di tengah turunnya hujan. Kurentangkan tanganku mengikuti gerak tubuhku berputar. Aku punya cara sendiri menghilangkan kesedihanku, kekesalanku, kegundahan hatiku dan ketakutan waktu dan hilangnya.
Ya, hujan, hujanlah yang mampu mengajakku menari. Rintikan air hujan menjadi musik yang indah, deburan angin membuat gaunku berayun kekanan dan kekiri. Aku mulai berusaha melupakan ketakutan akan kehilangan dirimu, aku terus menari menari diderasnya hujan yang turun. Tarian itu menunjukan rasa ketakutanku, langit seakan menertawakanku, menertawakan seorang gadis yang mencintai seorang pasanganya namun masih merasa takut kehilangan. Huh (aku menghela nafas), ini benar benar lelucon percintaan. Aku bodoh memang, aku lupa akan kata kata yang menyatakan bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, kata mereka orang yang sudah menikah saja bisa cerai apalagi belum menikah?. Aku teringat dengan kata kata itu, tetapi hatiku berucap. “Aku bukan mereka! mereka ya mereka yang menjalani hidup terlalu pasrah, sedangkan aku ya aku yang selalu mencoba mempertahankan apa yang seharusnya aku pertahankan. mereka boleh berucap, tetapi aku mempunyai ucapanku sendiri.” Dari situ ketakutan itu muncul, karna takut aku tak mampu mempertahankannya. Malam ini hanya hujan yang tahu apa yang kurasa. Biarkan hanya Hujan yang tahu, ketakutan akan hilangnya waktu. Aku mulai menghentakkan kakiku, apakah kau bisa dengar gemericik percikan hentakan air yang membasahi mata kakiku?. Semua itu menjadi musik penghiburku dan musik tarian hujan malam ini. aku berharap suatu saat dirinya bisa menjadi seperti hujan, yang mampu mengajakku menari bersama. Inilah aku yang mencintaimu, inilah diriku disaat aku gelisah, inilah aku yang mengajakmu kembali menari bersamaku dan hujan yang turun.
Dian Kusumo Hapsari dan Maryo Anugerah Sarong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar