Minggu, 30 Januari 2011

Kisahku dengannya


kisahku yang menjadi sebuah kenyataan. Kisah dimana aku benar benar merasakan cinta dan kasih sayang setelah kepergian ayahku. Aku dan dia  berjalan dijalan panjang penuh kerikil tanpa alas kaki. Ketika dipertengahan jalan dia melihat kakiku yang sudah penuh dengan darah dan tak kuat berjalan. Dia menggendongku dan berkata,
 “sayang sabar ya. Aku akan mencoba membawamu dengan tangaku ini ke tempat kebahagiaan. Kita pasti sampai ditempat tujuan, tempat dimana kita akan merasa bahagia. Tempat dimana hanya kehidupan indah kita dan orang tua kita.”
Aku mengangguk dan mempercayakan semua kebahagiaanku kepadanya. Ketika dipertengah perjalanan, hatiku pilu, luka. Melihat kaki orang yang kucintai penuh dengan darah bercucuran. Aku meminta padanya untuk melepaskan gendongannya.
“sayang, aku sudah bisa berjalan, tak usah kau gendongku kembali. Aku akan membantumu berjalan, kakimu sudah cukup terluka, aku tak mau melihatmu menderita.”
Dia tetap tak mau melepaskan aku dari gendongannya, dan berkata.
“tenang sayang, aku mampu membawamu menuju kebahagiaan. Ini sebuah ujian yang harus aku lalui. Kau tenang saja dalam dekapanku.”
Aku,
“jangan bertindak bodoh. Wanita mana yang tega melihat orang yang dicintai terluka hanya demi aku. aku tak mau. Demi nama tuhan aku tak bisa melihatnya.”
Dia,
“percayalah padaku. Aku sanggup dengan apa yang aku lakukan.
Tak terasa air mataku jatuh, melihat pengorbanan cinta yang dia berikan. Aku sempat tak percaya bahwa dia akan berhasil membawaku ke tempat yang dia maksud. Tetapi aku mempercayakan semua padanya, karena hanya dia yang aku punya.
Dan ternyata benar dialah yang mampu membawa aku ke subuah kebahagiaan yang aku inginkan. Dia menikahiku setelah aku berhubungan dengannya selama 5 tahun. Dia benar benar mewujudkan kata katanya dan samapi sekarang aku bahagia dengannya. Keluarga yang dulu kami impi impikan sewaktu kami belum menikah terwujud sudah. Kami memiliki seorang anak 2 orang anak, satu laki laki dan  satu perempuan. Semua menjadi kenyataan bukan impian. Bima dan Ratu sekarang tumbuh besar dan kami merasa bahagia melihat mereka tumbuh menjadi anak anak yang pintar dan dibanggakan. Dan kisah cintaku dengannya akan tersimpan dan terbungkus rapi dalam hatiku dan dia sampai rambut memutih dan kami bersatu bersama tanah.

NB: Terima kasih untuknya yang membuat aku percaya kalau aku patut untuk dicintai dan dikasihi. Pengorbananmu akan tinggal abadi dalam hidupku. I Love You for ever and ever

Dian Kusumo Hpasari dan Maryo Anugerah Sarong

Jumat, 28 Januari 2011

DIA


Malam yang hangat. Malam yang membuatku harus bersembunyi takut di dalam selimutku, dan mulai menggigil kedinginan. Bulan, bintang, dan segala benda langit seakan tertawa melihatku tanpa badan dan hanya kepalaku yang keluar dari dalam selimut. Apakah mereka tak tahu kalau aku menanti sesuatu? Mereka hanyalah orang bodoh yang tak memilikki apa-apa sehingga mereka menertawakanku. Aku tak pernah peduli dengan mereka. Mereka hanyalah angin yang terus berjalan tanpa pernah meminta maaf kepada manusia yang telah mereka tabrak dan manusia takkan peduli akan itu. Akulah manusia dan merekalah angin, aku tak peduli. Kemarahanku dihentikan dengan bunyi alaramku yang kencang dan dengan segera mataku bergerak refleks ke arah jam dinding ungu itu. waktu menunjukkan pukul 00.00. aku membangunkan dia dari tidurnya di sampingku. Aku mengangkat tiramisu yang berhiaskan lilin merah dan menaruh di depannya.  

“Selamat ulang tahun sayang.  27 Oktober tahun lalu kau hadir tertawa bersama denganku aku masih ingat ketika itu kau menciumku dengan begitu mesra. Sebuah kecupan yang takkan pernah kulupakan. Ditambah lagi, kau masih sempat mengatakan kalau kau mencintaiku. 27 Oktober ini, kau juga hadir dan tertawa lagi bersamaku. Tapi apakah kau sudah bosan dengan mengatakan kalau aku sayang kamu? Tapi biarlah. Aku sayang kamu. Terima kasih sayang mau menemaniku.”


Ingin aku tunjukkan tiramisu ini kepada benda langit sehingga mereka tahu aku bukan orang bodoh seperti mereka. Aku tak tahu apa yang mereka tertawakan. Lagipula mereka hanya dibutuhkan ketika matahari mulai beristirahat. Aku? Aku selalu diperlukan setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap saat. Aku mulai berkata lagi,

“Sepertinya sudah saatnya kita dimanjakkan oleh kasur dan bantal ini. Tenanglah sayang, aku takkan pernah meninggalkanmu. Ayo kita tidur dan dengan cepat mengusir benda langit malam ini yang tak ada gunanya sama sekali. Selamat malam sayang. Semoga tidurmu nyenyak.”

Aku menarik selimut tebalku untuk menyelimuti aku dan dia. Aku memelukanya erat-erat, menciumnya dan tanpa sadar aku tertidur di pelukan dia yang bernama Teddy Bear.



Sabtu, 29 Januari 2011
02.07 WIB

Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari

Kamis, 27 Januari 2011

HARAPAN!

Aku mengantungkan semua harapan keindahan padamu
Aku menitipkan serpihan padamu

Tetapi serpihan itu terpecah samudra
Permataku terpecah karena aku merasa kau hilang
Pintaku Ikhlas :
tolong kau asah serpihan itu dengan belai kasihsayangmu
ukirlah dengan pahatan tanganmu sendiri
Naungi permataku dengan kehangatan rindu
Hati memasrahkan kehendakmu
Aku hanya mencoba mempertahankan
Aku membuat benteng pertahanan, menahan kau untuk tak menjauh dariku
Sabarku menanti kau kembali seperti dulu
Kau yang selalu memberikan separuh waktu untuk bersamaku
Jangan buat aku mengubur semua indah yang pernah kurasa
Aku tak mau hanya membuka sebuah kotak kenangan
Kenangan yang belum cukup kurasa sepuluh bulan
Asalhlah permata yang ku titipkan
Agar kelak serpihan itu membentuk sebongkah permata dengan kilauan rasa tulus hatimu

 Dian Kusumo Hapsari dan Maryo Anugerah Sarong


SIAPA DIA?


Aku tak ingat dia
Kapan dia
Mengapa dia
Siapa dia

Melayang begitu jauh
Dalam mimpi yang keruh
Ingatan ini begitu rapuh
Tapi tak terbunuh

Kita terjatuh
Hayalanku rusuh
Kau tetap utuh
Kau pergi, tak patuh

Kembalikah dia
Kapan dia
Mengapa dia
Siapa dia


Kamis, 27 Januari 2011
22.26 WIB

Maryo Anugerah Sarong dan Dian Kusumo Hapsari